Penggunaan obat pada pasien anak-anak dan lansia memerlukan perhatian khusus, mengingat perbedaan kondisi fisiologis dan metabolisme yang mempengaruhi cara tubuh memproses obat. Pada anak-anak, terutama bayi dan balita, organ tubuh yang belum sepenuhnya matang dapat menyebabkan obat bekerja lebih lama atau lebih kuat dibandingkan dengan orang dewasa. Di sisi lain, lansia sering kali memiliki kondisi kesehatan yang kompleks serta metabolisme yang menurun, sehingga meningkatkan risiko efek samping dan interaksi obat. Untuk itulah tenaga kesehatan perlu memahami pedoman dan praktik terbaik dalam pemberian obat kepada kedua kelompok rentan ini.
Dalam pemberian obat pada anak-anak, dosis harus dihitung dengan cermat berdasarkan berat badan dan usia, serta dengan mempertimbangkan potensi efek samping pada organ yang belum berkembang sempurna. Bentuk sediaan obat juga penting untuk dipertimbangkan, karena anak-anak umumnya kesulitan menelan tablet besar. Oleh karena itu, pilihan bentuk cairan atau tablet kunyah sering lebih sesuai. Petugas kesehatan di lingkungan klinis dan apotek juga perlu memberikan instruksi yang jelas kepada orang tua atau pengasuh terkait cara pemberian obat, memastikan obat dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan dan pada waktu yang tepat untuk menghindari overdosis atau ketidakefektifan obat. Untuk informasi lebih lanjut anda bisa kunjungi link berikut ini: https://idikotabanjarmasin.org/
Pada lansia, penggunaan obat harus mempertimbangkan risiko polifarmasi atau penggunaan banyak jenis obat secara bersamaan, yang sering kali diperlukan untuk menangani berbagai kondisi kesehatan. Polifarmasi dapat meningkatkan risiko interaksi obat, yang dapat berbahaya bagi lansia yang sistem organnya sudah melemah. Oleh karena itu, petugas kesehatan perlu melakukan peninjauan obat secara berkala, meminimalisir interaksi yang merugikan, dan menyesuaikan dosis sesuai kondisi fisik pasien. Bentuk sediaan obat juga perlu dipertimbangkan agar mudah dikonsumsi oleh lansia yang mungkin memiliki kesulitan menelan atau masalah motorik.
Poltekkes memberikan perhatian besar pada pelatihan penggunaan obat bagi pasien anak-anak dan lansia untuk memastikan bahwa lulusan memiliki pengetahuan praktis dalam menangani kelompok pasien ini dengan aman. Dalam praktiknya, tenaga kesehatan harus memiliki komunikasi yang baik, menjelaskan penggunaan obat dengan cara yang mudah dipahami, dan melibatkan keluarga atau pengasuh dalam proses pengobatan. Dengan cara ini, keamanan penggunaan obat dapat terjaga, dan pasien anak maupun lansia mendapatkan manfaat pengobatan yang optimal tanpa risiko yang tidak perlu. Poltekkes berupaya menyiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis tetapi juga memiliki kepekaan terhadap kebutuhan khusus kedua kelompok rentan ini.